Hipertensi?
Banyak sebagian orang yang bingung dan takut karena masalah kesehatan ini, banyak orang menganggap bahwa hipertensi dapat menyebabkan seseorang cepat marah dan berujung pada ketidakstabilin fisik ataupun emosional, sebenarnya apa sih sesungguhnya hipertensi itu? apa benar begitu? maka dari itu kita harus tahu apa yang harus kita lakukan untk menceganya, dan menanganinya jika sebagai penderita. Mari simak, apa itu hipertensi, pencegahan, gejala, sampai pengobatannya... selamat membaca
A.
Pengertian
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah
tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk
stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial,
dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Tekanan
darah tinggi (hipertensi) merupakan masalah besar tidak hanya di negara arat
tapi juga di Indonesia. Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan
mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi
kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan
mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung
akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain pada jantung,
tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak,
mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Sebagian besar kasus hipertensi
tidak ada terapi definitif, tapi dapat di kontrol dengan pola hidup sehat dan
medikasi.
Tekanan
darah tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya serangan jantung (infark
miokard akut) gagal jantung dan stroke. Di negara barat, pasien yang mengalami
serangan jantung setengahnya mengidap hipertensi dan pasien yang mengalami
stroke dua pertiganya juga mengidap hipertensi. Menurut AHA (American Heart
Association) di Amerika, Tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga
orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi.
Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui
keadaannya dan hanya 61% medikasi. Dari penderita yang mendapat mendapat
medikasi hanya satu-pertiga mencapai target darah yang optimal/normal.
Di Indonesia
belum ada data nasional namun, pada studi MONICA 2000 di daerah perkotaan
Jakarta dan FKUI 2000-2003 di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk
memperlihatkan kasus hipertensi derajat II (berdasarkan JNC VII) masing 20,9% dan
16,9%. Hanya sebagian kecil yang menjalani pengobatan masing-masing 13.3% dan
4,2%. Jadi di Indonesia masih sedikit sekali yang menjalani pengobatan.
Pada
populasi umum kejadian tekanan darah tinggi tidak terdistribusi secara merata.
Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi
menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat
terus, hingga usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada
wanita dari pada pria.
B.
Penyebab Hipertensi
Penyebab
tekanan darah tinggi sebagian besar diketahui, namun peniliti telah membuktikan
bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan resistensi insulin dan/ atau
peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia). Keduanya tekanan darah tinggi dan
resistensi insulin merupakan karakteristik dari sindroma metabolik , kelompok
abnormalitas yang terdiri dari obesitas, peningkatan trigliserid, dan HDL
rendah (kolesterol baik).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya
dibagi menjadi 2 jenis :
- Hipertensi primer atau
esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
- Hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi
primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan
(obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal.
Peneliti
juga telah mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap
tekanan darah tinggi. Walaupun sepertinya hipertensi merupakan penyakit
keturunan, namun hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari
interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes genetik yang dapat
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi hipertensi secara konsisten.
Apapun
penyebabnya, tekanan darah tinggi mempunyai dampak yang besar di masyarakat.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko mayor untuk serangan jatuh,
stroke, dan gagal jantung. AHA melaporkan, 69% dari penderita serangan jantung,
77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal jantung mengiap
hipertensi.
Hipertensi
memang dapat mengakibatkan kejadian dengan konsekwensi yang serius, namun
hipertensi dapat di diagnosa dengan mudah dan di kendalikan dengan modifikasi
pola hidup sehat dan medikasi. Jadi penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara periodik dan bila ternyata menderita hipertensi penting untuk
mencari bantuan dan mengikuti penatalaksanaan yang diberikan oleh dokter. Bila
hipertensi dibiarkan tanpa pengobatan maka tekanan darahnya akan terus
meningkat secara bertahap mengakibatkan beban kerja jantung yang berlebihan.
Beban kerja jantung yang berlebihan akan suatu saat mengakibatkan kerusakan
serius pada pembuluh darah dan organ seperti jantung, ginjal, mata dan
otak.
C.
Pencegahan
Cegah Sebelum Berkembang
Pencegahan
deteksi dan terapi tekanan darah tinggi, pasien harus mulai merubah gaya hidup.
Perubahan gaya hidup dapat berupa:
a. Penurunan
berat badan
b. Menerapkan pola makan
c. Diet
rendah natrium
d. ktivitas
fisik
e. Mengurangi
konsumsi alkohol
f. Berhenti merokok
Namun
jika tekanan darah tidak kurang dari 140/90 mmHg atau 130/80 mmHg pada pasien
diabetes atau penyakit ginjal kronis maka terapi obat harus dimulai. Terapi ini
tergantung apakah penyakit ini disertai komplikasi atau tidak.
D.
Resiko dan komplikasi hipertensi
Pasien
hipertensi mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya :
a. Penyakit
jantung (gagal Jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan aritmia.
- Stroke
- Penyakit Jantung koroner
- Aneurisma Aorta ( kelemahan dinding aorta yang
mengakibatkan dilatasi hingga 1,5 kali lebih besar dan berisiko untuk
ruptur), sering mengakibatkan kematian mendadak.
- Gagal Ginjal.
- Retinopati (penyakit mata yang mengakibatkan
kebutaan)
E.
Perubahan
fungsi ginjal
Ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a. Jika tekanan
darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
b. Jika tekanan
darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume
darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
c.
Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi,
yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal
merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi.
F.
Gejala
Pada
sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
a. sakit kepala
b.
kelelahan
c.
mual
d.
muntah
e.
sesak nafas
f.
gelisah
g.
pandangan menjadi kabur yang terjadi
karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
G.
Pengobatan cara tradisional
Obat tradisional yang dapat digunakan
a.
murbei
c.
seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr
per hari, karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis)
e.
daun misai kucing
f.
minuman serai. teh serai yang kering
atau serai basah(fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak
penurunan tekanan darah tinggi
Tekanan
darah
Pada pemeriksaan tekanan darah akan
didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg
didefinisikan sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di
kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Klasifikasi
Kategori
|
Tekanan Darah Sistolik
|
Tekanan Darah Diastolik
|
Normal
|
< 120 mmHg
|
(dan) < 80 mmHg
|
Pre-hipertensi
|
120-139 mmHg
|
(atau) 80-89 mmHg
|
Stadium 1
|
140-159 mmHg
|
(atau) 90-99 mmHg
|
Stadium 2
|
>= 160 mmHg
|
(atau) >= 100 mmHg
|
Pada hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang
dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai
usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
Risiko untuk terjadi satu atau lebih
dari kondisi diatas, meningkat sebanding dengan peningkatan tekanan darahnya.
Pembagian tekanan darah dilakukan untuk membantu pengertian dokter dan
pasiennya mengenai bahaya yang berhubungan dengan hipertensi. Kategori dibawah
ini berlaku untuk orang dewasa yang pada saat pemeriksaan tidak minum obat
untuk tekanan darah tinggi.
Derajat
|
Tekanan sistolik ( mmhg)
|
Tekanan diastolik
|
Normal *
|
< 120
|
dan < 80 mmhg
|
Prehipertensi**
|
120 -139
|
atau 80 -89 mmhg
|
1
|
140 – 159
|
atau 90 -99
|
2
|
> 160
|
atau > 100
|
Sumber: JNC VII
* batas optimal untuk risiko penyakit kardiovaskuler. Namun tekanan darah
yang terlalu rendah (dibawah 90/60) juga dapat mengakibatkan masalah
jantung dan membutuhkan bantuan dokter.
** prehipertensi merupakan keadaan dimana tidak memerlukan medikasi namun
termasul pada kelompok yang berisiko tinggi untuk menjadi hipertensi , penyakit
jantung koroner dan stroke. Individu dengan prehipertensi tidak memerlukan
medikasi, tapi dianjurkan untuk melakukan modifikasi hidup sehat yan penting
mencegah peningkatan tekanan darahnya. Modifikasi pola hidup sehat adalah
penurunan berat badan, diet, olahraga, mengurangi asupan garam, berhenti
merokok dan membatasi minum alkohol.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap
sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
Pengaturan tekanan darah
Meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Jantung
memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
- Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan
cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
“vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam
darah.
- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
a. Aktivitas
memompa jantung berkurang
- Arteri mengalami pelebaran
- Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau
menjadi lebih kecil.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan
ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya
dibagi menjadi 2 jenis :
- Hipertensi primer atau
esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
- Hipertensi sekunder adalah
hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan
memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka
disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah
untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya
akan kembali normal.
Beberapa
penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
- Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
- Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronisme
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
- Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
- Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut.
from: dr Widodo Judarwanto SpA, Children
Allergy clinic dan Picky Eaters Clinic Jakarta. Phone 5703646
0817171764 – 70081995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar